Kamis, 11 Juni 2020

Naskah Drama Judul Lidah Tak Bertulang



LIDAH TAK BERTULANG
Karya Lisa Andriyani, S.Pd.

Pagi yang cerah. Seperti biasa para ibu-ibu menunggu tukang sayur keliling langganannya. Begitu tukang sayur berteriak menjajakan sayurannya ibu-ibu segera menuju ke tukang sayur.
Juminten         : “Kamu bakalan pilih siapa Yu Parti? Pilih yang ganteng saja Yu. Lumayan kalau ganteng kan bisa buat cuci mata.” seraya memilih sayur mayur di gerobak pedagang sayur keliling.
Parti                             : “Halah ganteng tapi buat pajangan buat apa Ju. Pilih yang ada duitnya dong Ju. Hidup butuh makan Ju kalau ganteng mah tidak bakalan kenyang Ju.”
Pak Tukino      : “Ngomongin apa to ibu-ibu ini, kok ada ganteng, ada duit. Kalau ada yang bagi-bagi duit saya juga mau.” sambil membungkus sayur yang sudah di pilih Parti ke kantong plastik.
Juminten         : “Itu lho Pak, besok kan pemilihan kepala desa kampung kita. Nah, kita lagi ngomongin siapa yang lebih baik untuk kita pilih. Mulai dari kandidat dengan kriteria yang ganteng, punya duit banyak. Biasa Pak, seperti tidak tahu saja hobi ibu-ibu di gang ini.” mengulurkan tangan yang berisi uang untuk memabayar dan bergegas menuju rumahnya.
Pak Tukino      : “Oalah, saya kira apa. Kalau seperti itu saran saya pilih kepala desa yang pro rakyat, syukur-syukur bisa membuat jalan di gang ini beraspal.”
Parti                             : “Wah, ide Pak Tukino cemerlang sekali, belum kepikiran saya Pak.” membayar sayur mayur dan bergegas pulang ke rumah.
Sore itu, semua warga berkumpul di balai desa. Warga desa berkumpul untuk menyaksikan debat calon Kepala Desa Sido Rukun. Debat tersebut di pembawa acarai oleh Pak Bokir.
Pak Bokir        : “Hadirin yang tidak sedih hatinya, mari kita live kan acara ini. Sebab acara tidak akan mulai kalau tidak di live kan. Di live artinya langsung, dan langsung berarti di mulai. Maka dari itu acara harus di live kan. Iya langsung saja ya, saya perkenalkan. Sebab kalau tidak diperkenalkan kita tidak tahu. Maka dari itu supaya kita menjadi tahu diperkenalkan. Kandidat pertama Pak Kadir. Kandidat kedua Mas Kempling. Tepuk tangan yang gemuruh.”
            Pak Bokir yang memimpin jalannya acara debat calon kepala desa pun mulai membacakan pertanyaan yang telah tersusun di secarik kertas. Ia melihat wajah-wajah calon kepala desa yang menanti pertanyaan dari dirinya. Tak hanya calon kepala desa, warga Desa Sido Rukun pun tak sabar mendengar jawaban dari calon kepala desa mereka.
Pak Bokir        : “Pertanyaan untuk Pak Kadir. Apa yang Anda lakukan setelah terpilih menjadi Kepala Desa Sido Rukun?”
Pak Kadir        : “Setelah saya terpilih jadi kepala desa, saya akan memperbaiki jalan di sepanjang gang ini. Kesehatan akan terjamin, anak-anak sekolah gratis, dan lain-lain!” ujar Pak Kadir yang begitu mantap dan meyakinkan warga desa supaya percaya dengan ia.
            Salah seorang warga desa berkomentar. “Akh masak Pak? Kepala desa terdahulu juga berkata yang demikian. Tapi mana? Jalan gang ini masih jalan tanah, bahkan ketika musim hujan tiba banyak warga yang mengeluarkan uang demi membeli sandal baru akibat terjepit di tanah yang berlumpur.” Semua mata tertuju pada warga yang berkomentar jujur dan apa adanya.
Pak Bokir        : “Sudah-sudah jangan ada sianida di desa kita. Eh, ralat jangan ada dusta di desa kita. Mari kita lanjutkan acara ini dengan damai. Pertanyaan selanjutnya untuk Mas Kempling. Bagaimana cara Anda untuk menyejahterkan masyarakat di desa kita supaya bisa go nasional atau internasional?”
Mas Kempling: “Saya sebagai anak muda, ganteng, baik, rajin menabung akan membuat kebijakan yang di dalamnya mengandung terobosan-terobosan yang inovatif. Tepuk tangan dong. Terobosan itu berupa sensasi, konflik.”
“Huuuuuuuu!” Juminten, Parti dan warga lainnya bersorak tak sependapat dengan apa yang diutarakan Mas Kempling.
            Tiba saatnya Pemilu Desa Sido Rukun. Semua warga tampak bingung dengan siapa yang mereka pilih nantinya. Warga desa memadati TPS, ada yang merumpi, ada yang di bilik suara, ada petugas TPS yang bekerja. Sampai tiba saatnya pengumuman Kepala Desa Sido Rukun yang baru adalah Pak Kadir. Warga desa memilih Pak Kadir karena visi misinya baik dan harapannya jalan sepanjang gang di desa diaspal karena menurut mereka tingkat pembangunan di Desa Sido Rukun masih tertinggal.
            Setahun kemudian warga mulai menanyakan dan menagih janji Pak Kadir. Mereka mendesak supaya Pak Kadir segera melakukan pembangunan di desa seperti mengaspal jalan gang. Usaha Pak Kadir tak segera muncul kepermukaan bahkan Pak Kadir selalu mengelak dan beralasan uang dari pemerintah belum cair meskipun proposal dan persyaratan lain sudah terkirim. Namun semua itu akal-akalan dari Pak Kadir, yang terjadi sebenarnya adalah uang dari pemerintah sudah turun namun tidak turun untuk dinikmati warga melainkan dinikmati oleh Pak Kadir sendiri. Pak Bokir yang merupakan tokoh masyarakat yang mempunyai teman di pemerintah dalam pembangunan desa tahu mengenai uang pembangunan sudah turun. Akan tetapi Pak Kadir tidak merealisasikan dan korupsi. Pak Bokir mengajak seluruh warga untuk berdemo menuntut pembangunan jalan desa.
Pak Bokir        : “Pak Kades, kami menuntut keadilan dan transparansi uang untuk desa kami. Pak Kades harus segera membangun tanggul, jembatan dan mengaspal jalan desa gang kami. Kalau Pak Kadir tidak mau merelisasikan kami akan laporkan ke polisi atas kasus penyelewengan dana. Kami sudah tahu semuanya.” berbicara dengan penuh emosi.
Pak Kadir        : “Kalian ngomong apa to? Saya tidak tahu apa-apa tentang uang desa, saya sudah berusaha membuat persyaratan tetapi memang belum turun dananya.”
“Pembohong!.” sambung warga lain yang ikut-ikut nimbrung.
Pak Bokir        : “Kami sudah membawa barang bukti, untuk lebih lanjut Pak Kadir tolong ikut kami ke pihak berwajib.”
Pak Kadir        : “Saya memang tidak bersalah, kalian telah menuduh saya dan saya tidak perlu ikut kalian.”
            Pak Kadir dipaksa oleh warga yang telah emosi ke pihak berwajib dan bukti-bukti telah mengarah ke Pak Kadir. Pak Kadir tak bisa mengelak apa-apa. Pak Kadir akhirnya mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Namun nasi telah menjadi bubur, kata maaf diterima oleh warga namun proses hukum tetap lah berlanjut.


Adat Istiadat Ruwatan (Selamatan)


                                                    Adat Istiadat Ruwatan (Selamatan)
                                                     ditulis oleh Lisa Andriyani, S.Pd.
Ruwatan artinya upacara untuk menyelamatkan anak tunggal, kalau anak laki-lakia tunggal namanya ontang-anting sedangkan kalau perempuan ontang-anting munting. Ontang-anting untuk anak laki-laki tunggal artinya anak laki-laki satu tidak ada saudaranya. Ontang-anting munting untuk anak perempuan artinya anak perempuan tunggal tidak mempunyai saudara. Tradisi Ruwatan itu biasanya dilakukan didaerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta. Di daerah Jawa Tengah yang masih melakukan adat Ruwatan yakni Salatiga, Solo, Demak yakni di Desa Karangsono Kecamatan Mrangen, Kalitengah, Gabus, Turus, Titang. Tradisi Ruwatan dilakukan oleh anak laki-laki tunggal dan anak perempuan tunggal, dan untuk anak laki-laki tunggal dilakukan pada menjelang khitanan sedangkan anak perempuan tunggal dilakukan pada saat menjelang menikah ini dilakukan untuk mencegah Bathara Kala memakan raga anak tunggal. Disebut Ruwat karena dalam bahasa Jawa yang artinya selamatan untuk menyelamati bigi anak perempuan atau laki-laki tunggal atau tidak mempunyai saudara. Bathara Kala hidup pada zamannya Bathara Guru, Bathara Bayu,atau sudah ada sejak zaman para bathara-bathara atau juga dikenal zaman purwa atau wiwitan (ora ono sing disiki kejaba kuwi). Zaman kerajaan Majapahit, kerajaan Mataram dahulu juga sudah ada Tradisi Ruwatan sampai sekarang. Ruwatan ini dilakukan karena untuk menyelamati para anak tunggal dari Bathara Kala yang suka makan raga anak tunggal dan itu sudah ada pada zaman dahulu. Ceritanya orang-orang dahulu bahwa Bathara Kala makanannya anak tunggal manusia karena para anak tunggal tidak mempunyai saudara dan itu sudah menjadi ketetapan bahwa nantinya akan menjadi santapan Bathara Kala, semua itu bisa dicegah dengan adanya upacara Ruwatan. Untuk anak laki-laki tunggal dilakukan upacara ruwatan pada saat sang anak tunggal laki-laki khitanan sedangkan untuk anak perempuan tunggal dilakukan pada saat sang anak tunggal perempuan menikah. Upacara Ruwatan ini dipimpin oleh seorang dalang yang juga keturunan dalang asli sejak dahulu dan tidak boleh sembarang dalang yang memimpin ruwatan karena bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yakni kalah perang dengan Bathara Kala karena pada prosesi Ruwatan bisa jadi apabila bukan keturunan dalang asli bisa meninggal. Sebelum Ruwatan terjadi pihak orangtua dari anak tunggal mendatangi sang dalang kemudian sang dalang melakukan puasa 7 hari sebelum hari Ruwatan ini dilakukan untuk menambah kekuatan dalang untuk mengalahkan Bathara Kala.. Ruwatan diiringi dengan pertunjukkan wayang kulit dan juga diiringi nyanyian sinden. Prosesi Ruwatan diawali dengan memandikan sang anak tunggal seperti memandikan jenazah kemudian sang anak tunggal didandanin dan diberi wewangian setelah itu di pocong layaknya pocong benaran dengan kain kafan. Setelah sang anak tunggal dipocong anak tersebut diletakkan dibawah pelepah pisang dihadapan dalang yang nantinya akan mendalang. Proses mendalangnya sang dalang yakni pertempuran antara dalang dengan Bathara Kala, pertempuran itu dilakukan dengan dua kali pertempuran. Perang pertama sang dalang mengangkat wayang Bathara Kala pada tangan kiri kemudian tangan kanan dalang memegang telur ayam kampung lalu melempar ayam kampung tersebut kearah wayang Bathara Kala. Telur ayam kampung tersebut apabila pecah menandakan bahwa telur ayam kampung tersebut dimakan Bathara Kala dan setelah itu ajaibnya telur yang sudah pecah langsung jatuh ke tampah yang diatasnya sudah diberi kain berwarna putih yang diletakkan didepan dalang.  Apabila telur ayam kampung itu tidak pecah maka berarti Bathara Kala tidak mau memakan telur tersebut karena telur tersebut kopyor (tegese abor) dan ajaibnya lagi telur yang tidak dimakan itu juga akan jatuh ke tampah yang sudah diletakkan didepan dalang. Telur ayam kampung harus berjumlah 40 telur. Proses melemparkan telur ayam kampung tersebut disebut perang pertama dan perang kedua ditandai dengan munculnya punakawan yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong du gujekan yang menandai berakhirnya upacara Ruwatan. Apabila upacara Ruwatan ini tidak dilakukan oleh orangtua dari yang mempunyai anak tunggal maka anak tersebut umurnya tidak akan lama lagi akan meninggal, karena anak tersebut sudah diawasi oleh Bathara Kala yang nanti akan memakannya. Anak tunggal yang sudah diawasi Bathara Kala umurnya tidak akan sampai tua matinya dan sejak dahulu nenek moyang sudah mengingatkan. Kemudian apabila upacara Ruwatan tidak dilakukan dan sang anak tunggal meninggal dunia, kuburan sang anak tunggal itu akan bolong (mayitnya sudah tidak ada karena mayitnya sudah di makan Bathara Kala).      
          
Sumber dari hasil wawancara dengan Kakek saya.

Rabu, 10 Juni 2020

Folklor Asal Usul Desa Karangsono


FOLKLOR
                                                         Asal Usul Desa Karangsono 
                                                          oleh Lisa Andriyani, S.Pd.
Karangsono berasal dari kata karang atau batu, sono artinya pohon sono. Dahulu Mbah Sumo yang tinggal di dukuh Brawah Desa Taman Sari mengutus empat orang yakni Nyai Rondah, Mbah Mintorogo, Mbah Sari Gunung, Mbah Sarinten yang merupakan saudara beliau untuk menghuni dan menjaga daerah Karangsono. Mbah Sumo membagi wilayah Karangsono dan mengutus keempat orang tersebut yakni Nyai Rondah bertempat di Sumur Besar, Mbah Mintorogo di Sawah Wetan, Mbah Sari Gunung di Kidul sekarang Karanggawang, Mbah Sarinten di Ploso. Sebelum mengutus keempat sanak kadang (keluarga) yakni Nyai Rondah, Mbah Mintorogo, Mbah Sari Gunung, Mbah Sarinten terlebih dahulu Mbah Sumo memberi pusaka kepada empat orang itu yakni Mbah Sarinten diberi pusaka berupa Akik Badar Besi dan Sabuk Nagasasra, Mbah Sari Gunung diberi kalung dengan liontin putih, Nyai Rondah diberi pusaka Payung Agung, Mbah Mintorogo diberi pusaka Singkir Angin dan semua pusaka itu kasat mata dan merupakan benda ghaib. Adapun Mbah sumo memberikan gaman atau pusaka itu pastilah mempunyai kekuatan ghaib dan mempunyai fungsi seperti pusaka Akik Badar Besi, Sabuk Nagasasra, dan  kalung berliontin putih  untuk menambah kekuatan sang pemilik juga sebagai tameng untuk menghalau serangan para musuh, pusaka Payung Agung berfungsi memayungi seluruh desa dari mara bahaya, agar penghuninya sejahtera, pusaka Singkir Angin berfungsi untuk menghalau angin topan, menghalau penyakit.
Petilasan Mbah Sari Gunung saat ini berada di bawah tower Karanggawang.  Masyarakat daerah Karanggawang pada saat bulan Suro tanggal 1 akan diadakannya selamatan agar penduduk setempat selamat dari tolak balak. Dahulu pernah kejadian jika tidak mengadakan selamatan akan ada musibah yang menimpa, salah satu penduduknya akan gila. Kemudian jika ada orang yang mempunyai hajat menikah apabila tidak diberi sesajen maka yang mempunyai hajatan akan kena musibah berupa penyakit.    
Petilasan Nyai Rondah berada di sebelah sumur gede. Keunikan sumur gede yakni pada saat musim kemarau panjang airnya tidak surut atau tidak habis. Dahulu sumur gede adalah sendang yang sumbernya disumbat dengan gong agar tidak mengeluarkan air yang banyak sehingga tidak menimbulkan bencana banjir. Sumur gede pada waktu kemarau panjang dahulu selalu didatangi para warga desa tetangga seperti Desa Kuripan, Desa Candisari.
Petilasan Mbah Mintorogo berada di sawah wetan Karangsono. Apabila ada orang yang ingin menjadi pemimpin dan ingin mendapat jawaban bisa mendatangi petilasan Mbah Mintorogo. Caranya dengan menyepi kemudian nanti akan datang pertanda atau isyarat yakni lewat mimpi kalau Mbah Mintorogo memberi kemeja maka orang tersebut nantinya akan menjadi pemimpin dan apabila diberi kaos maka orang tersebut tidak akan menjadi pemimpin namun tidak jadi pemimpinnya dalam keadaan tidak rusuh dan berlangsung damai, namun apabila diberi pusaka Abir atau Clurit maka orang tersebut tidak akan menjadi pemimpin dan akan terjadi rusuh.  
Makam Mbah Sarinten berada di Karangsono Ploso. Hal aneh di makam Mbah Sarinten yakni nisannya pernah dibuang orang kemudian nisannya kembali ketempat semula. Batu nisan yang berada di Utara bernama Bekicot sedangkan batu nisan yang berada di Selatan bernama Katak. Keunikan lainnya yakni setiap bulan Rajab, Ruwah, Ramadhan batu nisannya agak naik ke atas dan apabila bulan Bodo Apit, Besar nisannya kembali ke bawah. Mbah Sarinten mendapat gelar Danyang Karangsono Ploso karena ngrenggo (menempati) Desa Karangsono Ploso. Danyang bertugas menjaga orang yang berada di wilayahnya.  
Zaman dahulu para danyang diberi nasihat kalau selamatan tidak boleh menggunakan tempe karena pada zaman dahulu cara membuat tempe masih dengan tradisional, cara memisahkan kedelai dari kulitnya dengan merendam kedelai kedalam air kemudian dikosek dengan menggunakan kaki dan wanita yang mengkosek tempe pada waktu itu sedang menstruasi dan tak sengaja darah haidnya menetes pada tempe yang sedang dikosek. Jadi sampai sekarang apabila selamatan, memberi sesaji tidak bleh dengan menggunakan tempe. Danyang dimana pun juga tidak boleh menerima atau menyajikan sesaji tempe. Danyang Mbah Sarinten paling suka dengan makanan Gudangan, jadi ketika selamatan dan memberikan sesaji harus ada Gudangan dan ingkung. Selamatan di makam Mbah Sarinten dilakukan pada bulan Suro, bulan Ruwah. Selamatan di petilasan Nyai Rondah dan Mbah Mintorogo dilakukan pada bulan Suro dan disebut dengan Nyadranan tanggal 1 Suro.  
    


Polisemi dalam Semantik


Tugas Semantik
Pengertian Polisemi
Polisemi merupakan hubungan antara bentuk kebahasaan dengan perangkat makna (Aminuddin, 2001:123), misalnya bentuk berjalan yang mempunyai makna 'terlaksana, berlangsung dan berjalan dengan kaki'. Polisemi sering juga diartikan sebagai satuan bahasa ( terutama kata, bisa juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu (Chaer, 2001:101). Parera, (2004:81) mengatakan polisemi ialah suatu ujaran dalam bentuk kata yang mempunyai makna berbeda-beda, tetapi masih ada hubungan atau kaitan antara makna-makna yang berlainan misalnya; kata kepala dapat bermakna 'kepala manusia, kepala jawatan, kepala sarung'. Menurut Kreidle (1998) ‘pengambilan acuan secara anatomi sebagai dasar makna. Hal ini berarti kaitannya dengan organ tubuh manusia sebagai makna baru, dan makna tersebut harus berkaitan meskipun sedikit.
Jadi berdasarkan pengertian dari para ahli tersebut, pengertian polisemi yaitu satu kata yang mempunyai makna lebih dari satu, dan makna yang lebih dari satu itu saling berkaitan, baik berupa makna sebenarnya yakni denotasi maupun kiasan atau konotasi. Perbedaan antarmakna dapat ditelusuri dari sumber yang sama, makna saling berhubungan.
Contoh kata tangan kanan.
Tangan kanan à bagian organ tubuh manusia yang berada di samping kanan.
                        Contoh kalimat: Tangan kanannya terkilir saat bekerja.
è bagian dari orang yang dipercayai.
Contoh kalimat: Samsul merupakan tangan kanan Pak Hadi di kantor.
Contoh kata bahu.
Bahu    à pundak (antara leher dan pangkal lengan, organ tubuh yang berada disamping).
            Contoh kalimat: Bahu Rani memar akibat dipukul perampok.
à bagian samping, tepi jalan (bahu jalan).
Contoh kalimat: Rani berjalan di bahu jalan.

Polisemi dan Metafora
Polisemi lebih fokus pada makna lebih dari satu. Jadi satu kata itu harus mencantumkan makna lebih dari satu dan kalau hanya mencantumkan satu dan itu makna kedua bisa dikatakan bukan lagi polisemi tetapi masuk pada metafora. Contoh
leher    à bagian tubuh antara kepala dengan tubuh.
            Contoh: Leher Agung tertutup kain.
            à benda apa pun yang memiliki bentuk mirip leher.
            Contoh: Leher botol Sprit berwarna hijau.
Metafora lebih fokus pada bentuk kiasan suatu kata. Kata yang dimaksud adalah kata yang tidak sebenarnya, biasanya perpaduan kata yang menyangkut anatomi dan kata lain. Contoh ‘mulut gang’, ‘leher botol’, ‘tangan kanan’, ‘kepala sekolah’.


Polisemi dan Homonim
Polisemi itu tertulis dalam satu kata, yang memiliki makna lebih dari satu dan saling berkaitan.
Contoh
Otak    à kumpulan saraf-saraf yang menjadi isi kepala, digunakan untuk berpikir.
            Contoh: Otak Ani dikatakan genius.
            à Seseorang yang menggagas rencana, yang memprakarsai.
Contoh: Otak dari pembunuhan itu ialah Ali.

Homonim itu tertulis dalam dua kata, dan maknanya tidak saling berkaitan.
Contoh kata dara dalam bahasa Indonesia yang memiliki makna
Daraà 1. Dara= perawan, gadis.
2.      Dara= (burung) Merpati.

Polisemi dan Sinonimi
Polisemi itu satu kata tetapi memiliki banyak makna.
Contoh:
kata                             makna
kepala              à organ tubuh bagian atas.
                        à pemimpin.
Sinonimi itu kebalikan dari polisemi yakni satu makna tetapi banyak kata.
kata                             makna
babe   
ayah
bapak                          Panggilan orang tua laki-laki.  
bokap
Papi


Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Polisemi
a.       Pergeseran Pemakaian
Ø  Terjadi sebagai akibat dari luasnya pengguna bahasa terutama pada kata sifat. Jadi banyaknya penutur bahasa dalam wilayah tertentu dapat menyebab pergeseran bahasa lebih-lebih pada kata sifat.
Contoh kata sifat enak.
Baksonya enak sekali                à makna pertama, rasanya enak.
Sepatu itu enak dipakai.              à enak bermakna nyaman.
Pemandangannya enak sekali.  à enak bermakna bagus.

Ø  Pergeseran makna yang belum terlalu jauh memungkinkan penutur atau peneliti bahasa masih mengenali hubungan makna yang baru dengan makna primernya. Maksudnya bergesernya suatu makna yang belum jauh itu dapat dicari oleh penutur bahasa atau peneliti bahasa terkait hubungan kata yang memiliki makna baru dengan asal usul makna kata (makna primer).
Contoh kata pinang.
Makna primer              à Jenis pohon.
                                    Contoh Pohon pinang itu tinggi.
Makna sekunder          à melamar
                                    Contoh: Aku pinang kau Dinda.
Dahulu orang Melayu seorang pria melamar cewek dengan membawa pohon pinang.

b.      Bahasa figuratif (kiasan)
Ø  Penyimpangan penerapan suatu makna kepada suatu referen yang lain. Jadi maknanya disejajarkan dengan referen yang lain tetapi harus saling berkaitan.
Ø  Penyimpangan terjadi karena adanya kesamaan sifat, bentuk, fungsi, tempat, atau kombinasi diantaranya. Kata yang dimaksud itu harus memiliki kemiripan sifat, bentuk, tempat intinya saling berkaitan.
Contoh:
Punggung        à punggung bukit, punggung tangan.
Tangan                        à tangan kanan, kaki tangan
Darah              à darah daging, darah biru.

c.       Spesialisasi
Ø  Pada lingkungan sosial yang berbeda, makna suatu kata akan berbeda.
Ø  Seperangkat silabe yang berhubungan dengan pemakaianya dalam kelas sosial atau pekerjaan tertentu disebut register (Wardaugh).
Contoh kata operasi.
Operasi           à rumah sakit à berkaitan dengan membedah, berkaitan dengan pisau, alat medis.
                        à Polisi  à berkaitan dengan memeriksa pelanggaran pengendara, pengecekan SIM, STNK.

d.      Pengintepretasian homonim
Ø  Terjadi ketika salah satu dari anggota homonim memiliki makna lebih dari satu.
Ø  Makna tersebut masih saling berkaitan.
Contoh:
Bank ‘lembaga keuangan’
è Lisa membayar angsuran di Bank BNI.
Bank à lembaga keuangan yang menampung uang.
è Pak Ahmad mengelola bank sampah di desanya.
Bank à tempat menampung sampah yang ditukarkan dengan uang.
è Pihak permerintah telah membuat bank soal UN.
Ban à tempat menampung banyaknya soal.
e.       Pengaruh bahasa lain
Ø  Masuknya konsep suatu bahasa menyebabkan perubahan makna kata dalam bahasa tertentu.
Contoh:
Ranjau          à ‘bilah bambu yang ditajamkan dan dipasang sebagai jebakan’
                     à ‘bom yang disembunyikan di tanah dan meledak jika terinjak’
Butir             à ‘benda yang kecil kecil’ à intan, beras.
                     à ‘disejajarkan dengan unsur karena adanya kata unsur atau item dalam bahasa Inggris’ à butir keputusan, butir soal, butir pasal.